24 Agustus 2010

Seekor anak kucing. . .

"Kisah ini saya ceritakan karena banyak pelajaran yang saya ambil dari seekor anak kucing tak bernama ini"


Hari pertama hingga hari kedua

"Sya tak menyadari adanya anak kucing baru yang datang untuk melengkapi keluarga kami"

Dua hari ini benar2 melelahkan karena osmaru (ospek mahasiswa baru) sehingga saya tak menyadari adanya anggota keluarga baru yang siap menambah keceriaan kami sekeluarga.



Hari ketiga

"pulang2 kok ada anak kucing?"

Siang itu saya pulang setelah hari terakhir osmaru di kampus saya selesai dilaksanakan. Saat saya sampai di rumah saya bingung, kenapa di depan rumah sya ad "seonggok" kardus??? Mungkin ibu saya baru aja pulang dari supermarket(kata batin saya).

Ternyata kardus terbuka dan stelah sya lihat, sya pun terkejut.
ADA APA DI SANA??????????????

Ada sebuah kehidupan di sana, seekor anak kucing (liad judulpun dah tau). Saya merasa amat sangat teramat senang sekali karena apa????? ada ANGGOTA KELUARGA BARU yang pastinya siap mengimprove (baca= menambah <<< SBI gag kesampean) kebahagiaan rumah ini. . Namun begitu melihat lebih dekat, kucing ini terlihat sangat menderita, karena mungkin baru berumur sekitar satu minggu dan ia telah ditinggal oleh induknya, atau bahasa kerennya "orphan cat"(baca= kucing yatim piatu). Lebih naas lagi kucing itu mempunyai luka di mulut dan terlihat begitu kurus. Batin saya merasa iba melihat anak kucing ini.  


Hari keempat

"Kesehatan kucing ini semakin baik"

Hari ini hari minggu, biasa saya pergi ke gereja,
Setelah pulang dari gereja saya melihat anak kucing ini sudah bertambah sehat dan mulai mengeluarkan "meong"annya yang keras. Mungkin anak kucing ini akan terus hidup, begitu yang terlintas dalam benak saya. Kucing itupun saya taruh di bawah sinar mentari agar anak kucing itu merasa lebih hangat. Saat itu, anak kucing tsb telah dikawal dengan ketat oleh anjing saya, sehingga kalau ada kucing besar datang, anjing saya ini melindungi sang anak kucing. Nggak tau kenapa anjing ini mau melakukan hal yang merepotkan tersebut, mungkin karena rasa "prihatin"nya terhadap si anak kucing ini. Lalu setelah selesai, saya menaruhnya kembali ke dalam kardus dan ke dalam teras rumah.

Malam hari anak kucing ini sudah dapat berjalan-jalan walaupun badannya sangat kurus dan bagian matanya mulai terserang penyakit(bagian mata tertutup semacam lendir atau kotoran mata) sehingga ibu saya harus menyekanya berkali-kali.

Hari kelima

"Kucing ini kembali tiba2 drop"

Pagi ini saya pergi ke kampus, karena kuliah sudah dimulai, namun pak dosen tak kunjung tiba sehingga saya dan teman2 memutuskan untuk pukang sekitar pukul 10.00. Saat saya sampai di rumah, ibu saya menyuruh sya untuk mengeluarkan anak kucing tersebut dari kardusnya, saya pun menjaganya saat ia mulai aktif berjalan-jalan ditemani dengan satu anjing saya. Saya rasa ia kembali bertambah sehat, namun saat minum susu dan obat dia harus dipaksa karena tidak mau dan tidak bisa minum sendiri.

Sya selalu merasa kasihan saat ia harus minum susu dan minum obat antibiotik secara paksa.Namun kurasa ia bakalan tumbuh sehat. Taklupa sya mengucapkan kepada anggota kluarga baru saya ini "tetap hidup ya!!!"

Namun saat malam tiba, kucing ini tiba2 kejang2 namun saat itu kucing ini belum menunjukkan tanda2 kematian. Kemudian nafasnya tersengal-sengal dan mungkin dengan detak jantung yang tinggal sedikit. Tak terasa air matapun tumpah (maklum orang melankolis. . .). Sayapun berhenti mengelus2 anak kucing tsb dan segera berlari ke kamar mandi untuk menghilangkan air mata saya (malu sama adek saya yang ada di deket saya). Lalu makan malampun tiba, makan malam terpaksa kulakukan dengan setengah hati.

Lalu sya pun kembali menemani dan mengelus2 anak kucing tadi. Tak kuasa air matapun tertumpah kembali. Lagi2 gara2 malu kalo nangis di hadapan adek perempuan sya yang justru santai2 sja melihat hal tsb, sya memutuskan untuk menengangan diri di kamar dan mencoba lari dari kenyataan (ckckckck. .) dengan membaca komik. Tak terasa waktu berlalu dan saya pun mengantuk. Lalu saat saya meregangkan badan entah kenapa terasa sangat lega. Saat itu ibu saya mengatakan bahwa anak kucing itu belum mati, dan seiring waktu berlalu sayapun tertidur.

Hari keenam (hari ini = 24-8-2010)

Entah kenapa pagi ini saya bangun dengan perasaan lebih tenang. Saat mengetahui bahwa ternyata kucing saya telah mati dan dikuburkan karena telah kaku(baca: menjadi mayat), entah mengapa tak ada jejak kesedihan dalam hati sya karena sang kucing telah melepaskan penderitaannya dan kini raut mukanya telah tenang tanpa perlu menahan kesakitan lagi.


Epilog:
Yang saya pelajari dari anak kucing ini adalah keinginannya untuk tetap hidup dan terus berjuang dalam kelemahannya. Selain itu, sya menyadari bahwa waktu itu singkat dan mulai sekarang saya harus belajar menggunakan waktu sebaik2nya. .

--END--

0 komentar:

Silakan Didenger