03 Agustus 2010

Bible camp in TW part I

Baru2 ini saya selese baca novel frankenstein, ceritanya bagus, tapi ending agak menggantung, mungkin ada baiknya saya membuat lanjutan ceritanya versi saya sendiri. .

Akhirnya frankenstein sudah tak terlihat ditelan dinginnya malam di Antartika,
Sejenak kemudian terdengar suara erangan yang sangat keras yang memekakkan telingaku,
Suara tersebut lama kelamaan hilang ditelan oleh gelapnya malam.

Makhluk itu, sungguh malang nasibmu.
Walaupun rupamu bagaikan iblis, engkau harus menderita tanpa kasih sayang,
lebih baik engkau tak diciptakan, pikirku.

Lalu aku memutuskan pulang ke Inggris tanpa mewujudkan impian yang telah lama ingin kugapai di benua es itu. Aku juga ingin segera menyebarkan cerita ini kepada orang-orang di sekitarku yang mungkin akan mengatakan bahwa aku ini gila, seperti Viktor. Tapi kutak peduli, kumasih ingin terus mengenang mereka malam ini, di tengah dinginnya malam yang tiada berujung. . . . .


Sbelum melanjutkan cerita pertama tentang journey saya ke uns, ada baiknya sya menceritakan kisah yang sangat mendalam yang telah kualami baru2 ini (alay tenan). .



Sabtu kemarin, tepatnya di penghujung bulan juli tahun 2010, saya bersama teman2 gereja akan melakukan kegiatan camping di TW. Pukul 3, saya berangkat beserta keluarga sya. Sesampainya di sana saya kaget karena terdapat sesosok orang asing(sebut saja Joko) yang banyak mengambil foto acara kami (Joko merupakan saudara dari salah seorang teman saya, sebut saja Mas Tofik, karena itu adalah nama sebenarnya, yang rasnya berbeda jauh dengan sesosok orang asing tadi),setelah itu kami melaksankan banyak kegiatan, mulai dari opening ceremony, lalu ada sesi, lalu kami melakukan renungan malam, .


Dari siang sampai malam, saya terlalu berani untuk tidak mengenakan jaket, padahal malam itu sangat dingin dengan banyak angin berhembus, dan acara renungan malam pun dimulai, kami para peserta diharuskan mengenakan tutup mata dan harus memegang pundak teman kalo tidak ingin tersesat, saya pun melakukannya dengan badan menggigil dan terus mengikuti teman depan saya.

Malam pun semakin larut akhirnya kami disuruh berhenti di suatu tempat yang sangat amat teramat tinggi banget sekali (alay lagi), suasana pun semakin dingin karena angin yang bertiup semakin keras yang sangat menusuk tulang. Kami semua disuruh duduk lalu berbaring.

Dingin. . .
Hanya satu kata itu yang memenuhi batinku, dan akhirnya tubuhku menggigil kedinginan di sana,.


Saya tak jelas mendengarkan renungan malam tersebut, dan akhirnya saya merasa lega setelah acara tersebut selesai, dan akhirnya acara api unggunpun dimulai, dan saya membelalakkan mata dan mulut saya lebar2, seolah terkaget2 (padahal biasa wae. .)karena ada acara tambahan, yaitu. . .

BERSAMBUNG

0 komentar:

Silakan Didenger